Pages

Friday, December 7, 2012

Keberadaan Rokok di Indonesia. MIRIS!

Bacaan ini adalah beberapa penjelasan yang berhasil saya tangkap dari perjalanan CHRISTOF PUTZEL dalam sebuah video yang diberikan oleh seorang teman.  Lupa, karena sebenarnya sudah lama saya menontonnya. Mungkin diantara teman-teman telah banyak yang sudah menontonnya. Tetapi untuk mengingatkan lagi, saya ingin membaginya juga.
Dan saya melihat disini.. betapa mirisnya Indonesia ketika saya tahu Indonesia dimata mereka seperti apa.
BANGUN INDONESIA, BANGUN!

Well.. rokok memang sangat mudah ditemukan di Indonesia.

Kemunduran rokok di barat telah memberi dorongan kepada industri tembakau untuk memburu konsumen baru, di negara-negara termiskin di bumi, untuk membawa produk yang sama, TIPUAN yg sama!
Dua kebohongan yang paling menghancurkan dalam sejarah bisnis di dunia adalah "rokok tidak menyebabkan penyakit" dan "rokok tidak dipasarkan ke anak kecil."

"Rokok itu keren, rokok itu menyenangkan, rokok itu sexy," they said WHAHAHAHA

Di daerah Times Square, New York, dapat ditemukan iklan-iklan besar dijalanan untuk hampir semua nama barang, tetapi apa yang tidak terlihat? Yah! Ada satu produk yang tidak dapat ditemukan diantara papan-papan iklan yang berbinar-binar tersebut!
Iklan ROKOK!

Iklan-iklan rokok telah banyak dilarang di Amerika Serikat. Kalaupun ada yang menjual, itu adalah tempat yang khusus. Satu bungkus saja harganya $ 12. WHAT?

New York adalah tempat termahal di Amerika untuk membeli rokok, yaitu $ 13. Hal itu karena besarnya Pajak-Sin yang ditetapkan baru-baru ini oleh pemerintah daerah dan negara dalam usahanya untuk mencegah konsumen untuk merokok. Kota yang dijuluki kota 'Big Apple' ini tidak selalu baik pada industri rokok. Itulah yang dibanggakan Walikotanya, Michael Bloomberg. "Hal yang paling menarik untuk saya adalah kita tidak lagi banyak melihat orang yang merokok diluar bar dan restoran. Hanya beberapa.. dan kalau kita jalan melewati mereka, mereka akan menyembunyikan rokok mereka karena mereka malu." AWESOME!

Kalau di Indonesia? hheu.


Dulu, Amerika disebut negara Marlboro. Banyaknya iklan-iklan rokok di TV seperti ini adalah bukti kejayaan industri rokok pada saat itu. Waktu itu harga rokok sama dengan harga permen, merokok dapat dilakukan dimana saja, dan sepertinya semua orang mendorong kita untuk melakukannya. "Hei, lakukan saja!" Selebritis mendukung rokok, dokter-dokter mendukung rokok, bahkan Fred Flinstone (tokoh kartun yang menggambarkan zaman batu) mendukung rokok. Pada awal tahun 60-an, hampir separuh orang dewasa di Amerika yang merokok. Bisnisnya sangat booming. Tetapi industri rokok bernyali untuk menutupi satu fakta buruk, yaitu rokok adalah satu-satunya produk yang bila digunakan dengan benar, akan membunuh separuh dari penggunanya dalam jangka panjang.


Oh God..

Jika Anda seorang perokok, ketahuilah, rokok menggerogoti Anda dan anak Anda hidup-hidup. Beginilah gambaran yang ditunjukkan tentang rokok di Amerika sekarang, yang merupakan bagian dari kampanye anti-rokok. 


Dan kampanye itu berhasil.

Anak-anak yang merokok berkurang 50% dari 8 tahun yang lalu. Dan itu adalah statistik yang sangat bagus. Tetapi problem kesehatan dalam skala global masih berlangsung. Malahan ancaman tersebut menjadi lebih besar. Rokok dalam abad ini akan membunuh 1 milyar orang kalau kita tidak bertindak. Itu adalah pembunuh terbesar dan pembunuh yang paling dapat dicegah. Satu milyar kematian dan 80% kematian tersebut akan terjadi di negara berkembang. Kesitulah industri tembakau akan menuju, dalam upaya untuk menutupi pendapatan yang hilang di Amerika dan Eropa. Industri tembakau sedang berburu konsumen baru di Negara-negara termiskin di dunia. 

Salah satunya yaitu Indonesia.

Gencaran iklan-iklan rokok di Indonesia baru dapat dirasakan di jalanan. Cara marketing yang sudah banyak hilang di negara-negara barat sekarang menyelimuti Indonesia. Iklan-iklan rokok di Indonesia menghubungkan dengan gambaran kebebasan, petualangan, dan paling banyak gaya kaum muda. Iklan-iklan rokok yang melimpah tidak hanya dapat ditemukan di ibukota Jakarta saja, tetapi juga di jalan berdebu desa-desa kecil. Hal itu adalah satu-satunya aspek pemandangan Indonesia yang selalu ada.


Pengobatan bagi Aldi Rizal (anak kecil yang terkenal karena kecanduan merokok) adalah pengobatan yang kurang dikenal, yaitu "jangan dikasi sama sekali."
Untuk industri tembakau, Indonesia telah menawarkan wilayah baru yang subur dan menarik. Dengan peraturan pemerintah yang sedikit atau tidak ada aturan untuk industri tembakau, Indonesia telah menjadi Negara Marlboro yang baru.

Terus terang, saya miris..

Indonesia adalah negara terpadat ke empat di dunia, tempat tinggal 240 juta jiwa, dan kebanyakan dari mereka cinta sepak bola dan ROKOK. Di negara, dimana sepak bola adalah raja tim Nasional mereka secara resmi disponsori oleh Djarum, salah satu industri pembuat rokok terbesar dan itu hanya awalnya saja.


Bebas dari banyak peraturan dan restriksi yang menghambat usaha mereka di Barat, cara marketing agresif industri tembakau di tempat seperti Indonesia tentu saja mendapatkan hasil. Satu dari empat pemuda antara umur 13 dan 15, adalah perokok. Anak kecil dapat membeli sebatang rokok dimana saja dengan mudah. Faktanya hampir semua pedagang di Indonesia menjual rokok dengan harga 5 sen (Rp 500) per batang, dan parahnya lagi keberadaanya tidak jauh dari sekolah. Tidak ada orang yang keberatan dengan ini?

Di Amerika, seperti halnya di negara lain, menjual produk-produk tembakau pada anak dibawah umur 18 adalah ilegal. Di Indonesia, tidak ada peraturan semacam itu. Anak-anak SD bisa merokok, berarti tidak ada pengawasan. Kalau anak 5 tahun bisa merokok, berarti tidak ada pengawasan. Kalau bayi bisa merokok, berarti memang tidak ada pengawasan.

Banyak artis internasional yang konser di Indonesia yang mendapatkan ribuan dollar dengan membuat pertunjukan untuk industri tembakau, yang dibayar dengan uang dari rokok.

Masli, seorang dosen periklanan di Univ lokal di Indonesia bekerja untuk industri tembakau besar Amerika: Philip Morris menjalankan kampanye iklan Marlboro di Indonesia. Industri tembakau selalu berpikir bahwa pemerintah cepat atau lambat akan membuat peraturan baru. Jadi mereka selalu mengantisipasi dari permulaan untuk menginvestasikan di golongan muda dengan cara memakaikan brand mereka dan menyandukan nikotin.

Dua puluh tahun yang lalu di Amerika, karena menanggapi tekanan masyarakat yang meningkat industri tembakau berjanji untuk berhenti mentarget anak dibawah umur bahkan menghilangkan 2 maskot mereka yang paling dicintai, Joe Came (karakter kartun yang tertuduh ikut mentarget konsumen muda), dan mungkin yang paling menarik setelah 40 tahun bekerja yaitu Philip Morris yang memensiunkan ikon Marlboro man-nya. Tetapi Masli berterus terang tentang siapa yang industri tembakau terget di Indonesia. Dia menjawab, "Target adalah kaum muda! bisa dikatakan tidak resmi 14 tahun keatas, resminya berusia 18 tahun keatas." Oh God, WHY?

Pada tahun 2005, orang-orang Marlboro di Philip Morris membayar sekitar 5 milyar dollar untuk membeli salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, Sampoerna. Sejak saat itu, salah satu prioritas utama Philip Morris adalah mempromosikan A-Mild brand milik Sampoerna dengan moto mereka yang tidak terlalu halus "Go Ahead". Philip Morris sekarang mengeluarkan lebih dari 200 juta dollar per tahun untuk pemasaran di Indonesia. Menurut perusahaan tersebut tidak satu dollar pun akan dialokasikan untuk memikat perokok muda, baik memakai gambaran ataupun isi yang dapat menarik anak dibawah umur.


Ya, mereka mengatakan bahwa acara-acara seperti pertunjukan musik dan lain-lain yang disponsori oleh Philip Morris memang menargetkan orang dewasa saja, tidak mentarget anak kecil sama sekali. Tapi kenyataannya, anak muda adalah penggemar pertunjukan musik tersebut. Karena sebenarnya yang lebih penting dari sudut pandang pemasaran acara ini adalah ditontoni oleh jutaan penonton di siaran TV nasional, dengan selalu menampilkan A-Mild brand di layar. Satu brand yang paling menonjol yaitu A-Mild milik Sampoerna dengan moto mereka "Go Ahead". Mungkin lebih tepat artinya: "Silahkan, ambil saja sebatang rokok."

Kalau sudah kecanduan merokok, seseorang sangat sulit untuk berhenti. Kata-kata tersebut sama seperti pesan yang dapat didengar di kelas kesehatan di Amerika. Tapi ada satu perbedaan yang besar. Tidak seperti di Amerika dimana sudah berdekade, ada persetujuan tentang sifat rokok yang menghancurkan. Sedangkan di Indonesia, itu masih diperdebatkan.
Persoalannya: pasal di Undang-Undang Kesehatan 2009 yang melabel nikotin sebagai obat adiktif. Pasal tersebut secara aneh dikeluarkan dari undang-undang pada malam sebelum presiden Indonesia hendak menandatanganinya. Sudah secara luas diduga bahwa industri tembakau memaksa 3 anggota parlemen untuk menghapus pasal tersebut karena takut itu akan berkembang menjadi larangan yang lebih besar. Dan telah diduga bahwa ini adalah yang kedua kalinya industri tembakau telah mengganggu dengan perundang-undangan yang akan melabel nikotin sebagai obat adiktif.

Meski setelah praktek penipuan oleh industri tembakau telah dibongkar di depan umum di negara barat dalam pengadilan dewan perundang-undangan pada tahun 1994, "Saya percaya bahwa nikotin tidak menyebabkan kecanduan", mereka tetap menggunakan siasat yang sama di tempat-tempat seperti Indonesia. Mereka mencoba memasukkan keraguan kedalam debat umum yang mempertanyakan apakah nikotin adiktif atau tidak? Keraguan menjadi sesuatu yang dapat menunda. Dan penundaan artinya menjual rokok lebih banyak dan akhirnya membunuh lebih banyak orang.

Salah satu anggota parlemen, Eva Sundari, angkat bicara tentang hal ini, "rokok memang tidak baik untuk kesehatan, tetapi saya ingin keadilan untuk mereka yang bergantung pada industri ini." Beliau ini mewakili daerah negara yang menumbuhkan tembakau dan melihat perdebatan tembakau ini dari sudut yang berbeda. Untuk beliau, yang terpenting adalah untuk melindungi pekerjaan.

Di seluruh negeri, industri tembakau memperkerjakan kira-kira 600.000 petani dan pekerja. Dan pajak untuk rokok juga membawa kira-kira 7 milyar dollar per tahunnya untuk pemerintah. Ini memang baik untuk ekonomi dan banyak menghasilkan uang, tapi banyak orang yang sekarat, bukan?

Philip Morris sangat lihai melompat dari satu negara ke negara lain, memperdebatkan bahwa ekonomi tergantung pada tembakau. Mereka mengabaikan milyaran dolar dalam biaya kesehatan yang diambil dari ekonomi mereka. Selagi Amerika melihat penurunan yang baik dalam kematian yang berkaitan dengan tembakau, Indonesia melihat kenaikan yang pesat. 400.000 orang yang meninggal per tahun meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan penggunaan tembakau di Indonesia. Dan kematian ini diduga akan berlipat 4 kali dalam kurun waktu 20 tahun.

Di negara berkembang seperti Indonesia, merokok bukan hanya merusak kesehatan negara, tapi juga menyumbang kemiskinan. Mereka mendapatkan 3 dollar per hari dan menghabiskan 1 dollar untuk rokok setiap hari.

Aldi adalah bayi perokok yang terkenal dikalangan internasional, sangat mempesona. Dengan semua perhatian dari media massa, orang-orang di dunia yang melihat video Aldi berpikir: "Apakah yang dipikirkan oleh orang tuanya?"
Memang ibunya dulu pernah merokok ketika mengandung si Aldi, ia mengaku paling banyak setengah bungkus sehari. Pemerintah Indonesia sangat malu dengan perhatian dari publik internasional yang dikarenakan oleh video yang menjalar itu, sampai-sampai mereka mengirim Aldi dan ibunya ke Jakarta selama sebulan untuk rehabilitasi. Hanya beberapa minggu setelah pengobatan Aldi sekarang terlihat seperti anak seumurannya yang biasa, penuh energi dan mengidamkan perhatian. Sekarang Ibu Aldi bangga menyebut anaknya salah satu bekas perokok termuda di dunia.

Hanya beberapa meter dari rumah Aldi, dapat temukan pemandangan yang biasa, papan iklan rokok. Di warung tersebut mereka menjual rokok batangan 500 rupiah (5 sen). Di tengah keramain tentang Aldi, hanya beberapa yang tahu bahwa brand pilihannya adalah Sampoerna Mild, diproduksi oleh Phillip Morris. Perusahaan yang telah memberi dunia Marlboro Man, sekarang telah melahirkan ikon yang baru.

Setelah melihat video tentang Aldi, Anne Edwards, spokesperson dari Philip Morris Internasional menanggapi, "Saya berpikir seperti orang lain. Sangat terkejut sekali. Saya tidak bisa percaya. Tapi, itu tentu luar biasa bahwa anak umur 2 tahun bisa merokok. Itu jelek, jelek sekali."
Ketika ditanyakan apakah dia melambangkan situasi yang banyak terjadi di Indonesia sekarang? Anne menjawab, "saya rasa itu adalah kesimpulan yang salah. Saya pikir Anda tidak dapat mengatakan bahwa karena satu kejadian buruk, Anda dapat mengategorikan seluruh negara."
Tetapi faktanya adalah bukan hanya satu kejadian buruk, video-video bayi merokok lainnya mulai bertebaran di internet, seakan menunjukkan kebanggaan.

Pertumbuhan pasar baru yang besar, disitulah dimana semua orang ingin berada. Pasar baru seperti Indonesia menjadi sangat kritikal untuk masa depan industri tembakau. Ini adalah perusahaan yang mempunyai harga dan kekuatan yang luar biasa. Konsumennya telah tercandu!



No comments:

Post a Comment