Pages

Saturday, September 25, 2010

Di dekat Sungai Ciwaruga

Hari yang cerah, haha (aslinya mendung).
Tadi siang, sekitar jam 1-an, udah sholat Zuhur, udah makan, dan... dan... dan... tadaaaa!!! udah mandi juga, saya minggat dari kosan. Siap dengan tas kecil di samping yang bisa muat payung sama hape, saya jalan keluar kos, gak lupa kunci pintu,hehe. Tadi kosan sepi banget, teh Dwi lagi nyuci, kalau teh Indah sama teh Stevi lagi di kamar masing-masing, nah sepi kan! jadinya saya pergi tanpa pamit (makanya saya bilangnya minggat).

Sampai sana.. saay di sambut dengan ibu-ibu yang sedang menggendong anak kecil. Lupa lagi namanya, zzzz. Kemudian saya jelasin maksud kedatangan saya. Alright.. Saya sedang ikut lomba fotografi yang bertema kehidupan rakyat miskin.. Karena itu saya memberanikan diri untuk pergi ke pinggiran sungai.

Hujan dari tadi belum berhenti.. saya tetap jalan pakai payung.. dan kemudian menemukan seseorang yang sedang mengangkat karung, setelah saya bertanya ternyata isi dari karung itu adalah ubi.. yap..beliau adalah petani ubi. Ubi-ubi tersebut bukanlah miliknya..tapi milik tuan tanah yang ubinya di rawat oleh wanita ini. Namanya Warnasih. Saya kemudian meminta izin untuk mengambil gambarnya.. dan berhasil.
img

Sempat nyesek.. begitu keras perjuangannya untuk hidup. Seketika saya bersyukur dengan hidup yang saya jalani saat ini.. Saya bisa dibilang jauh dari kekurangan.. Alhamdulillah Ya Allah..

Setelah lama berbincang-bincang dan akrab.. saya pun diberi tahu, bahwa ada nenek-nenek yang sudah sangat tua tinggal sendiri di gubuk kecil. Saya pun diantar ke sana. Nenek itu bernama, Ma iyah. Benar saja.. ia tinggal sendiri. Dan ketika saya datang ke rumahnya tadi, saya disambut oleh kuburan.. Setelah saya mengobrol dengan tetangga di sekitarnya, ternyata nenek Maiyah ini tidak mempunyai rumah ataupun keluarga, sehingga warga sekitar membuatkan rumahnya itu di daerah pemakaman kampung itu. Miris.. Seketika kami langsung akrab dan tertawa, hanya berdua. Tapi sayangnya si nenek malah berbahasa Sunda, sedangkan saya belum terlalu fasih, heu..hanya sedikit yang saya mengerti. Dari hasil pembicaraan itu, saya dapat menangkap pembicaraannya..yaitu beliau sebenarnya memiliki keluarga, yaitu ketiga anaknya. Tapi sudah setahun ini anaknya tidak pernah datang menjenguknya lagi. Astagfirullah.. Entah mengapa saya ingin menjadi keluarganya..dan berniat akan sering menjenguknya.

Inilah moment yang sempat saya abadikan bersamanya.. hehe
img


Saya pulang ke kost saat hampir magrib.. Hujan juga masih rintik. Saya pun berjalan dan akhirnya sampai ke kosan..

Kagetnya saya ketika melihat anak-anak kosan masih lengkap semua di dalam rumah :D
Tiba-tiba saja dapat omelan: "Adhe..kenapa pintu dikunci?? Kan udah dibilangin.. pintu rusak.. dikuncinya cuma bisa dari luar." GUBRAK!
"Berarti dari tadi ga ada yang keluar rumah ya??"
"Iyah.. untungnya sekarang libur.."
"Maaf pisan teteeeeeeeeh.." (O_O)

Ah gelo..

Friday, September 24, 2010

* Ada Yang Memperhatikan Kita *

Seluruh penumpang di dalam bus merasa simpati melihat seorang wanita muda dg tongkatnya meraba-raba menaiki tangga bus. Dg tangannya yg lain dia meraba posisi di mana sopir berada, dan membayar ongkos bus.Lalu berjalan ke dalam bus mencari-cari bangku yg kosong dg tangannya. Setelah yakin bangku yg dirabanya kosong, dia duduk. Meletakkan tasnya di atas pangkuan, dan satu tangannya masih memegang tongkat.


Satu tahun sudah, Yasmin, wanita muda itu, mengalami buta. Suatu kecelakaan telah berlaku atasnya, dan menghilangkan penglihatannya untuk selama-lamanya. Dunia tiba-tiba saja menjadi gelap dan segala harapan dan cita-cita menjadi sirna. Dia adalah wanita yg penuh dg ambisi menaklukan dunia, aktif di segala perkumpulan, baik di sekolah, rumah maupun di lingkungannya.


Tiba-tiba saja semuanya sirna, begitu kecelakaan itu dialaminya. Kegelapan, frustrasi, dan rendah diri tiba-tiba saja menyelimutijiwanya. Hilang sudah masa depan yg selama ini dicita-citakan. Merasa tak berguna dan tak ada seorangpun yg sanggup menolongnya selalu membisiki hatinya. “Bagaimana ini bisa terjadi padaku?” dia menangis. Hatinya protes, diliputi kemarahan dan putus asa. Tapi, tak peduli sebanyak apa pun dia mengeluh dan menangis, sebanyak apa pun dia protes, sebanyak apapun dia berdo’a dan memohon, dia harus tahu, penglihatannya tak akan kembali. Di antara frustrasi, depresi dan putus asa, dia masih beruntung, karena mempunyai suami yg begitu penyayang dan setia, Burhan.


Burhan adalah seorang prajurit TNI biasa yg bekerja sebagai security di sebuah perusahaan. Dia mencintai Yasmin dg seluruh hatinya. Ketika mengetahui Yasmin kehilangan penglihatan, rasa cintanya tidak berkurang. Justru perhatiannya makin bertambah, ketika dilihatnya Yasmin tenggelam ke dalam jurang keputus-asaan. Burhan ingin menolong mengembalikan rasa percaya diri Yasmin, seperti ketika Yasmin belummenjadi buta. Burhan tahu, ini adalah perjuangan yg tidak gampang. Butuh extra waktu dan kesabaran yg tidak sedikit.


Karena buta, Yasmin tidak bisa terus bekerja di perusahaannya. Dia berhenti dg terhormat. Burhan mendorongnya supaya belajar huruf Braile. Dg harapan, suatu saat bisa berguna untuk masa depan. Tapi bagaimana Yasmin bisa belajar? Sedangkan untuk pergi ke mana-mana saja selalu diantar Burhan?
Dunia ini begitu gelap. Tak ada kesempatan sedikitpun untuk bisa melihat jalan. Dulu, sebelum menjadi buta, dia memang biasa naik bus ke tempat kerja dan ke mana saja sendirian. Tapi kini, ketika buta, apa sanggup dia naik bus sendirian? Berjalan sendirian? Pulang-pergi sendirian? Siapa yg akan melindunginya ketika sendirian? Begitulah yg berkecamuk di dalam hati Yasmin yg putus asa.


Tapi Burhan membimbing jiwa Yasmin yg sedang frustasi dg sabar. Dia merelakan dirinya untuk mengantar Yasmin ke sekolah, di mana Yasmin musti belajar huruf Braile. Dg sabar Burhan menuntun Yasmin menaiki bus kota menuju sekolah yg dituju. Dg susah payah dan tertatih-tatihYasmin melangkah bersama tongkatnya. Sementara Burhan berada di sampingnya. Selesai mengantar Yasmin dia menuju tempat dinas. Begitulah, selama berhari-hari dan berminggu-minggu Burhan mengantar dan menjemput Yasmin.
Lengkap dg seragam dinas security.


Tapi lama-kelamaan Burhan sadar, tak mungkin selamanya Yasmin harus diantar; pulang dan pergi. Bagaimanapun juga Yasmin harus bisa mandiri, tak mungkin selamanya mengandalkan dirinya. Sebab dia juga punya pekerjaan yg harus dijalaninya. Dg hati-hati dia mengutarakan maksudnya, supaya Yasmin tak tersinggung dan merasa dibuang. Sebab Yasmin, bagaimanapun juga masih terpukul dg musibah yg dialaminya.


Seperti yg diramalkan Burhan, Yasmin histeris mendengar itu. Dia merasa dirinya kini benar-benar telah tercampakkan. “Saya buta, tak bisa melihat!” teriak Yasmin. “Bagaimana saya bisa tahu saya ada dimana? Kamu telah benar-benar meninggalkan saya.” Burhan hancurhatinya mendengar itu.
Tapi dia sadar apa yg musti dilakukan. Mau tak mau Yasmin musti terima. Musti mau menjadi wanita yg mandiri.


Burhan tak melepas begitu saja Yasmin. Setiap pagi, dia mengantar Yasmin menuju halte bus. Dan setelah dua minggu, Yasmin akhirnya bisa berangkat sendiri ke halte.
Berjalan dg tongkatnya. Burhan menasehatinya agar mengandalkan indera pendengarannya, di manapun dia berada. Setelah dirasanya yakin bahwa Yasmin bisa pergi sendiri, dg tenang Burhan pergi ke tempat dinas.


Sementara Yasmin merasa bersyukur bahwa selama ini dia mempunyai suami yg begitu setia dan sabar membimbingnya. Memang tak mungkin bagi Burhan untuk terus selalu menemani setiap saat ke manapun dia pergi. Tak mungkin juga selalu diantar ke tempatnya belajar, sebab Burhan juga punya pekerjaan yg harus dilakoni. Dan dia adalah wanita yg dulu, sebelum buta, tak pernah menyerah pada tantangan dan wanita yg tak bisa diam saja. Kini dia harus menjadi Yasmin yg dulu, yg tegar dan menyukai tantangan dan suka bekerja dan belajar.


Hari-hari pun berlalu. Dan sudah beberapa minggu Yasmin menjalani rutinitasnya belajar, dg mengendarai bus kota sendirian. Suatu hari, ketika dia hendak turun dari bus, sopir bus berkata, “saya sungguh iri padamu”. Yasmin tidak yakin, kalau sopir itu bicara padanya. “Anda bicara pada saya?”
” Ya”, jawab sopir bus. “Saya benar-benar iri padamu”. Yasmin kebingungan, heran dan tak habis berpikir, bagaimana bisa di duniaini, seorang buta, wanita buta, yg berjalan terseok-seok dg tongkatnya hanya sekedar mencari keberanian mengisi sisa hidupnya, membuat orang lain merasa iri?

“Apa maksud anda?” Yasmin bertanya penuh keheranan pada sopir itu.
“Kamu tahu,” jawab sopir bus, “Setiap pagi, sejak beberapa minggu ini, seorang lelaki muda dg seragam militer selalu berdiri di seberang jalan. Dia memperhatikanmu dg harap-harap cemas ketika kamu menuruni tangga bus. Dan ketika kamu menyeberang jalan, dia perhatikan langkahmu dan bibirnya tersenyum puas begitu kamu telah melewati jalan itu. Begitu kamu masuk gedung sekolahmu, dia meniupkan ciumannya padamu, memberimu salut, dan pergi dari situ. Kamu sungguh wanita beruntung, ada yg memperhatikan dan melindungimu”.


Air mata bahagia mengalir di pipi Yasmin. Walaupun dia tidak melihat orang tsb, dia yakin dan merasakan kehadiran Burhan di sana. Dia merasa begitu beruntung, sangat beruntung, bahwa Burhan telah memberinya sesuatu yg lebih berharga dari penglihatan. Sebuah pemberian yg tak perlu untuk dilihat; kasih sayang yg membawa cahaya, ketika dia berada dalam kegelapan.

~* HIKMAH *~


Kita ibarat orang buta
Yg diperintahkan bekerja dan berusaha
Kita adalah orang buta
Yg diberi semangat untuk terus hidup dan bekerja
Kita tak bisa melihat Tuhan dan malaikat
Tapi Dia terus membimbing
Seperti cerita
Dia memompa semangat kita
Cemas dan khawatir dg langkah kita
Dan tersenyum puas
Melihat kita berhasil melewati ujian-NYA

“Dan bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya dan
orang-orang
beriman akan melihat (menilai) pekerjaanmu itu” (Q.S :
Attabubah,
105).

================================================================

Romantissssss...hehehemmm =)

Dikutip dari :
http://beeteam02.multiply.com/journal/item/4/cerita_romantis

Thursday, September 23, 2010

Orang Tua

Karya: D. Zawawi Imron

Orang-tua mengajar anak-anaknya mulai bicara
Orang-tua mengajar anak-anaknya pintar bicara
Orang-tua mengajar anak-anaknya bicara benar

Orang-tua bingung kalau anak-anaknya mulai bicara
Orang-tua tersinggung kalau anak-anaknya pintar bicara
Orang-tua marah2 kalau anak-anaknya bicara benar

Orang-tua menganggap
anak2'y yg bicara benar
adalah anak-anak yg kurang ajar
Orang-tua menyekap
anaka-anak yg kurang ajar
di dalam kamar
yang pengap

Thursday, September 16, 2010

Tentang waktu

Ku jejaki malam pekat
bersama mata terikat
Sunyi tanpa simponi
hanya alunan degup jantung,
menderu,
namun terdengar sumbang
di gerogoti beribu tanya di hati
dan harapan yang tak henti..
Pemilik raut wajah itukah yang menjadi jawaban atas doaku ?

Kian larut..
Sang waktu semakin melaju
Harapanku telah mengurangi pacu jantungku
Tapi masih berkawan dengan ribuan tanya
Mampukah ia bertahan sepertiku ?
yang tak pernah bosan untuk menunggu..

Untukmu..
Jangan salahkan waktu
Jika akhirnya kau menyesal dengan pilihan yang memaksamu
Karena aku sadar.. Tuhan lebih tahu,
jaln terbaik untuk mengantarmu padaku..

Keprok-keprok dah buat tu Dosen, Mantep!

Ada dosen di kampus saya, SUWER! bikin ngakak gila! Bukan ngakak si, tepatnya tercengang. Hmm ini bukan lebay si ya..tapi emang kenyataan yang saya alami seperti itu.

Nama si bapak.. Dewa Gede Parta. Beliau megang mata kuliah Kognitif komputasi pada semester I ini. Dosen yang saat ini buat saya salut lah, ga percaya sama apa yang dimunculinnya (dipresentasein) ke anak-anak kelas, kemarin (lupa,kapan, yang pasti pas minggu kedua kuliah, hari Kamis). Bahkan saya sempat mikir, ini dosen gilaaaaaa kali yaaa ?? jyahahahhah..jangan!! bukan gila, tapi terlalu waras..dan pastinya cerdasss! Ajib! Salut pokoknya.

Mata Kuliahnya..ngelatih mental lah pokoknya, katanya, karena hanya bermain rumus. Belum keluar dari benang merah (istiqamah, Red), ini cuma pengaplikasian rumus-rumus matematika dasar yang udah diajarin di sekolah, seperti operasi bilangan..phytagoras..deret bilangan, daaaaan lain lain.

Kemaren itu.. awalnya si bapak nyuruh salah seorang diantara temen-temen untuk maju (ditentuin sama pak Dewo si), tau gak majunya disuruh apa ?? Gambar ! Persegi, Persegi panjang, Segitiga, Bintang.. GUBRAK ! suasana yang ngenterin saya ke 13 tahun yang lalu.. haha ini GILA !
Eh..tapi jangan ngikut bilang GILA juga.. Justru ini awal yang membuat saya kagum (mungkin bingung) dengan suasana itu. Dosen yang unik :D Saya baru nemuin pengajar yang begitu uniknya. It's just in POLBAN :p

Udah itu kan ya.. pak Dewo nanya-nanya ke anak yang ngegambar bangun-bangun datar tersebut. Intinya..apakah teman-teman buat gambar itu dengan pemahaman matematika, atau cuma sekedar menuliskan apa yang tergambar di otak. Dari wajah teman-teman yang ngejawab pertanyaan itu, hmm gimana ya? kebingungan! haha! Saya juga bingung si maksudnya si bapak teh apa-___-
Tapi rata-rata pada ngejawab kalo di otaknya mereka tebangun datar itu ya itu (kira-kira seperti ini, hehe). Kalo dijawab gitu, di tanya lagi, matematikanya masa ga dipake? Ah..saya tambah bingung-____- yang ngejawab pertanyaan, apalagi! mungkin, hehe. Nah..yang gambar bintangnya..di jadiin PR, tugasnya di suruh nyari rumus mencari letak titik sudut pada bintang (supaya tu rumus bisa dipake buat ngegambar bintang). Bintang gini lo ya maksudnya..
Nah..besoknya kan diperiksa tuh (saya ga ngerjaen..bener-bener ga tau lah rumusnya. Asa ga pernah di ajarin iu teh di SMA..). Pak Dewo minta ada yang maju buat ngejawab tu soal.. katanya "jangan takut salah, kalau selama sekolah anda belajar dari yang benar, tapi di kuliah ini..anda harus belajar dari yang salah, harus tahu salahnya dimana, harus tahu tidak mengertinya dimana."

Dua orang teman kemudian maju, Asep dah Joe. Pada saat itu, rumus yang dibentuk oleh Joe masih belum bersifat umum, menurut pak Dewo. Orang yang menggunakan rumus tersebut akan kesusahan. Maksud pak Dewo di sini yaitu, rumus umum tersebut harus terdiri dari variabel-variabel..sehingga seseorang dapat dengan mudah mengganti variabel tersebut dengan nilai yang telah nyatakan. Dan dalam diskusi ini, jawaban dari Asep memang hampir mendekati benar.. karena ia telah menggunakan variabel. Tapi, itu dia..hampir mendekati benar, jadi masih ada yang salah dalam rumusnya. Pak Dewo dan Asep pun sesekali berdebat.. Dan kelas mulai hening ketika pak Dewo mulai menuliskan rumus yang seharusnya. Kemudian.. di piundahin lah ke Microsoft Excel.. Edan.. jadi gitu lah!!!
Jelas saja saya terkejut. Gila..ini dosen bisaan nulis rumus kayak gini..
As you know, saya tidak pernah sebelumnya bertemu dengan pembimbing di kelas yang seperti ini. It's amazing! Sepertinya, saya mengagumi beliau! :D
Saya akan berusaha agar bisa menjadi seperti beliau! :D
SMART!! SEMANGAT!